Perjuangan Gadis 9 Tahun pengapal Al Qur'an di Palu Ikut Jadi Ojol demi Biaya Pengobatan Ayahnya

Perjuangan Gadis 9 Tahun pengapal Al Qur'an di Palu Ikut Jadi Ojol demi Biaya Pengobatan Ayahnya
Perjuangan Gadis 9 Tahun pengapal Al Qur'an di Palu Ikut Jadi Ojol demi Biaya Pengobatan Ayahnya
Di balik jaket ojol berwarna hijau itu ada tubuh mungil Dina, seorang bocah yang usianya baru 9 tahun. Mungkin wajahnya tidak lagi asing di kalangan driver ojol, pelayanan kedai-kedai makanan, bahkan bagi sejumlah pengguna layanan ojol khususnya untuk pemesanan makanan.

Dina memang kerap ikut sang ayah yang bekerja sebagai driver ojol. Di usianya yang seharusnya menghabiskan waktu bermain dengan teman-teman seusianya, ia justru memilih menemani sang ayah bekerja.

Advertisement
Bukan tanpa alasan Dina melakukan hal itu. Cerita bermula ketika sang ayah yang bernama Uskari mengalami kecelakaan tunggal di Jalan Soekarno Hatta, Kota Palu, pada akhir November 2020 lalu.

 Kejadian nahas itu menimpa pria berusia 46 tahun tersebut saat hendak pulang ke rumah sekitar pukul 02.00 WITA dini hari
Saya pulang dari narik ojol, itu ada mobil Avanza silver dari belakang. Pas saya mau belok kanan di kapsul dia datang dari kiri laju sekali. 

Dia sambar saya, saya terjatuh. Dia hanya berhenti sekejap dan lari lagi," kata ayah Dina seperti dikutip dari PALU POSO.

Akibat kecelakaan itu, ayah Dina mengalami patah kaki yang cukup parah. Bahkan, sakit itu masih di deritanya hingga kini dan membuatnya harus menggunakan alat bantu untuk berjalan. Padahal dialah tulang punggung bagi keluarga.

Walau belum sembuh total, Uskari kemudian nekat kembali bekerja di jalanan menjemput rezeki sebagai driver ojol lagi. Karena belum mampu berjalan normal, ia pun membawa Dina anak perempuannya untuk membantunya mengambil dan mengantarkan pesanan ke pelanggan. Sementara Uskari menunggu di motor.

"Setiap ada pesanan begitu, dia yang masuk. Saya di luar saja karena saya hanya antar pesanan saja," jelas pria yang tinggal di Jalan Dupa Indah, Layana, Kota Palu, tersebut.

Mengantre dan mengantar makanan ke pelanggan kini sudah menjadi aktivitas yang akrab bagi Diana. Ia biasa menemani sang ayah bekerja mulai sekitar pukul 11.00 hingga pukul 21.00 WITA. Udara jalanan dan aroma makanan pesanan orang sudah menjadi hal yang begitu dekat dengannya.

"Dari jam 11 pagi sampai jam 11 malam. Pendapatan sehari rata-rata Rp50 ribu belum untuk beli bensin.

 Jadi biasanya bersih Rp35 ribu dibawa pulang ke rumah," ungkap Uskari menceritakan rutinitasnya sebagai ojol ditemani sang buah hati.

Sebelum bekerja sebagai driver ojol, pria kelahiran Makassar itu diketahui berprofesi sebagai penjual ayam petelur dan serabutan. Namun, dari profesi itu dianggap belum bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari. Hingga kemudian ia beralih ptofesi menjadi driver ojol.

Namun, keadaan pun menjadi sulit sejak munculnya pandemi COVID-19. 
Mengandalkan pekerjaan sebagai penjemput dan pengantar pesanan makanan melalui ojol semata juga membuatnya cukup kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Advertisement